Apr 11, 2011

Hikmah

Hanya ingin sekedar berbagi, betapa kita jarang sekali berfikir bahwa segala yang kita alami itu atas campur tangan Allah, dan betapa Allah ingin agar kita mengambil pelajaran darinya. Berikut ini beberapa dari banyak peristiwa yang saya alami. Dengannya Allah ingin mengingatkan kelalaian saya, agar saya selalu berfikir bahwa Allah selalu mengawasi, kapanpun, dimanapun.


-Pernah suatu siang saat musim OSPEK di kampus Unila, saya dibuat malu oleh perasaan sombong saya sendiri. Saat itu sudah tahun kedua saya menjadi mahasiswa, ada perasaan sombong saat berpapasan dengan mahasiswa baru yang lewat di seberang jalan tepatnya di depan SMK N2 Bandar Lampung. Saya berjalan menuju ke kampus, berlawanan arah dengan para mahasiswa itu. Dalam hati saya ingin menunjukkan kemenangan saya telah menjadi mahasiswa duluan. “Begini nih mahasiswa itu jalannya…” batin saya sambil berjalan dengan membusungkan dada, menyapu pandangan pada mereka, melewati trotoar di depan SMK. Songong banget deh.
 

     Lalu,… “Brukkkkkk!!!” Saya terjatuh, memalukan sekali, dan sakit. Ternyata rok saya kesrimpet trotoar. Dilihat oleh orang-orang yang lalu lalang, saya malu sekali. Para maba itu sontak melihat saya jatuh. Duh… dasar sombong, saking malunya, saya pura-pura baik-baik saja dan merasa tidak sakit saat seseorang menolong saya berdiri. Lalu saya kembali berjalan menuju kampus. Para mahasiswa itu masih saja melihat ke arah saya. Kesal juga rasanya jadi bahan tontonan. Lalu saya mampir ke Mushola kampus, dan mendapati kaki saya merona membiru. Menangislah saya, bukan karena rasa sakit dari kaki yang membiru, tapi karena menyadari betapa Allah selalu mengawasi kita, mengawasi setiap niat yang tak terlihat sekalipun. O Allah… I wanna forever thank you for reminding me. So, jangan pernah merasa songong lagi deh...

- Saat saya menjadi panitia di lomba debat. Saya sempat mengumpat kesal saat sebagian besar data tabulasi debat hilang suatu malam usai perlombaan debat, hari pertama. Saya frustasi, mengingat kerja seharian yang hilang begitu saja. Bisa saja saya mengulanginya lagi, tapi terlalu banyak, apalagi banyak pekerjaan lainnya menanti. Tapi akhirnya saya mengulanginya. Pelan-pelan, dan hati-hati, takut hilang lagi. Berkali-kali saya simpan ulang, saking khawatirnya. Tiba pada hasil yang membuat saya terkejut, hasil hitungan saya malam itu tak sama dengan keputusan sementara siang itu. Saya ulangi lagi berkali-kali, lalu saya cocokkan dengan catatan tangan yang ada. Dan, klik, kesalahan memang ada pada siang itu. Karena kejadian salah tulis skor, fatal-lah akibatnya. Hitungan malam itulah yang benar. Ya Allah, lagi-lagi engkau mengingatkan kelalaianku dengan caraMu. Seandainya data itu tidak hilang, mungkin saya tidak akan mengecek ulang hitungan siang itu, dan artinya saya akan mendzolimi para peserta yang seharusnya masuk hitungan quarter final. Bersujud syukurlah saya tengah malam itu, lalu pagi2nya saya meminta ma’af pada peserta yang terdzolimi dan meminta mereka untuk hadir meneruskan perlombaan di hari kedua… Again, thanks Allah…     

-to be continued...










No comments: