May 5, 2011

Kamis Malam

Kamis malam,

Jika kalian ingin melihat dunia malam sebagian mahasiswa di kampusku, pergilah melongok ke jalanan sekitar kampus pada Kamis malam. Ya, Kamis malam. Hari bebas sedunia untuk mereka. Setiap Kamis malam, club-club yang berada di Downtown akan memberikan tarif mahasiswa, yang pastinya lebih murah. Dan memang, Kamis malam itu dijuluki "college night". Rasanya aku harus secara pribadi menambah satu kata di belakangnya, yaitu "college night naudzubillah..."

ISLAM is PEACE

Probably you want to know more about Islam, how it was the Golden Ages for Islam world when the Western was in the Dark Ages. You might want to know how Islam could spread very rapidly throughout the globe. Then, watch this documentary, "Islam: Empire of Faith." You can also watch them in PBS.org. InsyaAllah, this three parts of documentary represent the true message of Islam.

Happy Watching!

Part 1


Part 2


Part 3



May 4, 2011

Don't Fed up!

Free Writing, Jangan Berhenti Menulis. Tuliskan apa saja yang ada di pikiran. Jangan takut tidak terorganisir. Ini bukan masalah editing, ini masalah menulis.

###
Selalu Rabu yang membuatku kelelahan. Aku harus pergi ke kelas pagi jam 8.30 di gedung terjauh dari asramaku untuk kelas American Government, lalu segera disambung kuliah Jurnalistik di gedung paling jauh dari gedung pertama. Selesai dari kelas Jurnalistik, aku pasti mampir ke gedung pusat komputer untuk menggarap tugas yang lain. Saat ini aku sedang duduk di depan komputer, menyelesaikan essay untuk kelas malam nanti, Public Speaking. Hari ini ada sedikit kelegaan, karena kelas menulisku sudah selesai, tinggal belajar untuk ujian ahir minggu depan.



Aku selalu yakin, aku bisa mengerjakan semuanya tepat waktu. Yang menjadi penyakit akutku hanyalah suka menunda-nunda sampai menit terahir. Aku ini seorang procrastinator. Khususnya untuk urusan menulis, aku paling parah. Dengan dalih belum mendapatkan inspirasi, aku tak mau bersusah payah memaksa otakku untuk bekerja lebih awal. Pernah aku mencoba mengerjakan tugas ahir kelas menulisku, 2 bulan sebelum deadline pengumpulan, nyatanya tidak berhasil. Padahal tugasnya lumayan mudah, hanya diminta menuliskan cerita pendek sebanyak minimal 6 halaman. Sudah dipaksa untuk berfikir, tapi belum terbayang apa yang hendak ditulis. Tak ada ide. Buntu. Sampai berminggu-minggu selanjutnya, belum ada ide untuk tulisanku. Satu bulan lagi menjelang pengumpulan. Instruktur kelas kami meminta proposal cerita untuk tugas ahir. Hm, sedikit ada ide tentang cerita dua orang pemulung di negeriku. Aku sedikit ada gambaran mau dibawa ke mana alur ceritaku. Instrukturku menyetujui, dengan catatan cerita ini adalah fiksi literatur, jika aku bisa membawanya dalam nada yang tidak hipotetikal dan tidak klise. Aku mengiyakan saja.

Dua minggu berlalu. Aku belum melanjutkan cerita itu. Sebenarnya sudah kucoba minggu sebelumnya, namun rasanya banyak hal yang tidak aku ketahui dari dunia pemulung. Aku cari bahan lewat internet, majalah, jurnal, koran, blog, dan lain-lain. Tidak kutemukan gambaran utuh tentang mereka. Tapi bisa juga karena ku tidak teliti saat browsing. Ahirnya satu minggu sebelum pengumpulan, aku mendapatkan ide baru. Kutulis draft ceritaku dalam waktu semalam, sampai sedikit begadang. Keesokan harinya aku harus pergi memeriksakan grammatical error dari tulisanku. Memang ahirnya selesai tepat waktu, tapi pasti kurang perhatian. Untunglah ada waktu satu bulan lagi untuk merevisi draft cerita kami setelah dipresentasikan di depan kelas. Aku berjanji tak akan lagi menunda-nunda, harus memaksa otak tumpulku untuk berfikir mengedit, mengedit, dan mengedit. Apalagi saat tak sengaja mataku membaca deretan mimpi yang tertulis rapi di atas secarik kertas yang menempel di meja belajar, "Penulis Novel Religi Best Seller". O really? Segera kuambil cerita pendekku dalam Bahasa Inggris itu. Kuamati dengan cermat. Kuutak atik ide-ide yang kacau, kuperbaiki alurnya, kubuat tambahan yang menguatkan karakter masing-masing nama dalam cerita itu. Kubaca ulang catatanku selama di kelas. Oh, ternyata menulis itu menyenangkan.

Aku jadi teringat dulu aku pernah ingin menjadi wartawan. Itu cita-citaku sewaktu SMP. Sampai-sampai aku menulis banyak berita yang aku ciptakan sendiri dengan gaya wartawan profesional, dan tentu saja hasilnya aneh. Lalu saat SMA aku terpilih sebagai wartawan sekolah oleh sebuah harian pagi lokal. Saat itu semangat menulisku kambuh. Aku tak bisa berhenti menulis dan membaca. Aku menulis belasan cerita pendek, berita karanganku sendiri, artikel tentang orang-orang terkenal. Aku juga selalu meluangkan 10 menit dari waktu belajar malamku untuk menulis diary yang sepertinya masih kusimpan rapi sampai sekarang. Sejak menjadi wartawan sekolah, beberapa berita lokal, artikel, dan cerpenku pernah dimuat. Inilah Golden Agesku.

Mau tahu bagaimana aku terpuruk setelah cukup semangat berkarya? Dua tahun selanjutnya aku menangis, saat mendapati kemampuan menulisku benar-benar tumpul. Sekedar menggambarkan latar tempat saja, hasilnya jelek. Itu karena aku tak pernah lagi LATIHAN MENULIS, tak begitu aktif menuliskan diary, tak lagi membuat berita karanganku sendiri, tak lagi mencoba-coba membuat cerita pendek. Pernah aku mengikuti lomba menulis cerpen di kampus, tapi kalah. Terang saja, kualitas tulisanku jelek.
So, why wait? BANGUN!

###
Barusan aku ngomong apa ya?

May 3, 2011

Relax


Selasa. Seperti biasa aku tak ada kelas hari ini. Juga tak ada lagi internshipku bersama murid-murid dari Saudi. Hari ini jadwalku hanyalah berkutat dengan project akhir. Di perpustakaan kampus, itu jawaban bagi siapapun yang ingin menghubungiku. Aku bahkan sering malas untuk sekedar bangkit mengambil jatah makan siangku di kafetaria kampus, perpustakaan tampaknya lebih menggodaku.

Aku sempatkan membuat tulisan ini, setelah menyelesaikan urusan di writing center lantai 1 perpustakaan, tempat semua mahasiswa berkonsultasi pada tutor tentang project mereka. Sebelumnya aku berada di lantai 2 untuk mengedit outlineku, lalu pergi membuat janji bertemu tutor. Saat itu pukul 1.30; aku punya waktu 30 menit untuk shalat dhuhur sebelum bertemu tutor. Hm, biasanya aku akan pergi ke lantai dua di bagian multimedia, meminta sebuah ruangan kedap suara yang dikhususkan untuk rekaman musik. Lalu pergi berwudhu di kamar mandi khusus untuk orang-orang disabilities, alasannya karena kamar mandi tersebut bilik krannya terpisah, sehingga aku bisa berwudhu dengan tenang. Lalu kembali ke ruangan kedap suara itu. Biasanya aku meminta yang tidak ada jendela, agar tak ada yang bisa melihat. Tapi kali ini ruangan itu ada yang menempati. Jadi aku shalat, dengan cukup jelas terlihat orang-orang yang lewat di dekat ruangan berjendela itu.



Seorang mahasiswa Amerika yang duduk di belakang meja informasi tempatku meminta ruangan tadi, tampaknya selalu tahu apa yang aku lakukan di dalam sana. Dia memang orang yang sama, seperti hafal kedatanganku ke ruangan rekaman itu hanya untuk shalat. ^^

Sekarang saatnya kembali berkutat dengan tugas akhir jurnalistik. :(



May 2, 2011

Palestina I'm In Love

Dari dulu saya ingin punya teman dari Palestina.

Alasannya karena saya mencintai tanah Palestina. Saya sering menangis tiap melihat penderitaan saudara-saudara di tanah para nabi itu. Makanya saya ingin punya teman Palestina yang seiman, yang bisa diajak diskusi dan berbagi tentang kondisi di sana. Rasa empati ini tak cukup jika hanya diungkapkan lewat do'a. Harus ada tindakan nyata.

Benar, saya memang tidak mempunyai kekuatan untuk membantu. Tapi saya masih mempunyai mimpi, untuk berjuang di sana dan ikut merasakan pengorbanan mereka. Ada rasa kemanusiaan yang kuat menghentak jiwa ini untuk menolong orang-orang tua, teman-teman, dan adik-adik di sana. Ada rasa kebencian yang membuncah di hati saat seorang teman asal Israel dengan bangganya menyebut itu tanah mereka.

Oleh karenanya, saya berbahagia saat siang ini,  mendapatkan satu teman baru, seseorang dari Palestina. Beliau seorang professor di kampus saya di US. Saya dipertemukan dengan beliau saat saya harus mewawancarai salah satu narasumber dari sebuah event Islami di kampus, untuk laporan di kelas Jurnalistik. Saya tidak menyangka beliaulah yang akan saya wawancarai. Akhirnya obrolan kami sampai melintas benua. Sampai ke Gaza, tempat di mana beliau berasal. Ada rasa sedih di wajahnya, saat beliau mengutarakan tidak bisa kembali ke Gaza musim panas ini. Kuutarakan juga padanya, aku ingin sekali mengunjungi Palestina. Beliau bilang "kemungkinan itu susah" tapi akhirnya beliau menguatkanku, "Tapi insyaAllah, kamu bisa ke sana." Syukran Jazeelan Dr. Saquer... ini akan menjadi langkah awalku menuju ke sana.

Biidznillah...

Apr 28, 2011

Q n A


Seorang teman asal Surabaya, yang sedang bersiap-siap menuju State, menyapa sya lewat fb :)   

Fulanah: Mbak ada pengalaman menarik selama di sana yg bisa di share? pengalaman yg unik tentunya, or culture shock yang anti alami wktu pertama kali sampe disana.... :):)
jazakillah...

Saya:
  • Jujur, culture shock pertama yg ana rasakan justru datang dari mahasiswa sesama muslim. Ana yang cekak pengetahuan global ini berfikir bahwa semua mahasiswa yg berasal dari kawasan Arabia semuanya baik, hanif. Tapi ternyata sama saja, bahkan bebrapa mungkin lebih memalukan. Kalau anti mendapati teman2 itu pergi dugem, got drunk, ngedance, gk jum'atan, jgn heran ukh. Sedih pastinya, karena harapan kita mereka bisa jdi contoh yg baik di US ini. Jdi msih bnyak org2 yg menganggap Islam sma sja dgn mereka.Tapi tenang, tidak sedikit juga yang alkhamdulillah bisa dijadikan tempat untuk berjuang bersama dan saling support.

  • Ana gk terlalu punya pengalaman unik nih kayaknya. Hm... mau cerita tentang kamar mandi aja dh. Jadi ana selalu waspada kalo mau buang air (ma'af) misalnya. Kita kan pasti perlu air ya, nah aku selalu ada botol air di tempat peralatn mandiku. Dan selalu mencuri2 kesempatan mengisi air dan masuk ke toilet, biar gk ada yg ngeliatin dgn aneh. Hm... agak ribet juga sih, tpi sudah berlangsung hmpir 1 tahun ini. Yah, kalo mereka ada yang liat dan tanya, bilang saja cara kita bersih2 ada sedikit beda.

  • Terus kalo mau wudhu, karena di lantaiku hanya tersedia community bathroom, jadi harus hati2 membuka aurat, apalagi 99% penduduk di lantai itu berbeda keyakinan. Di sebuah ruangan besar ada bilik2 kecil untuk mandi, terpisah dengan toilet. Juga ada bilik khusus untuk disability person, tempatku wudhu dengan tenang. Biliknya lebih besar, dan shower tubnya bisa dinaik turunkan, jdi enak ngaturnya buat wudhu, dan pastinya aurat kita aman. Ana gk mau wudhu di sink, gimana kalo tiba2 ada anak2 lain yg masuk. haha, pernah kejadian sih, aneh aja  mereka ngeliatnya. Kalau mau shalat di Library, biasanya banyak study room, jdi bisa shalat dsitu; dan wudhunya, cari bilik restroom buat disability person, karena biasanya, cuma 1 ruangan lumayan lebar, dan ada sink terpisah sendiri, jdi bisa wudhu sekhusuknya :):)

  • Hm, ana suka dikira sudah married sama temen-temen. Baguslah, jadi bagi teman2 cowok, gak bisa asal ledek dan diganggu. Sebabnya ana pakai cincin metal di jari tangan kanan, haha... padahal itu cuman "cincin mood" biasa. 

  • By the way, ana pernah baca artikel, kejadian seorang muslim lagi shopping di mall, terus dia pergi ke fitting room, mau shalat. Karena fitting room kn masih bisa keliatan sedikit bagian bawahnya, jadi bisa ditebak lagi ngapain orang itu. Pas dia sujud, ada staff yg melihat, terus dilongok ke bawah, "Are you okay, Sir?" hehe, dikirain dia kena heart attack. Kalo yang ini ana belum berani mencoba :)
Semoga bermanfaat,
Salam ~

Apr 25, 2011

Hijabmu

  • Hari itu Jum'at, 18 Maret 2011. Aku dan beberapa teman dari Indonesia sedang menikmati suasana pelabuhan di Waterproof, Washington DC. Tiba-tiba ada satu rombongan yang lewat di dekatku, mereka mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum sister... where are you from?" Sumringah kujawab salam mereka yang ternyata berasal dari Iraq. Bertemu saudara sesama Muslim di pelabuhan yang dipenuhi oleh orang-orang non-Muslim tentu sangat menarik, meski hanya lalu lalang saja. Tidak sempat berbicara banyak karena sedang mengejar urusan masing-masing. Tapi tahukah teman-teman, betapa indah rasanya mendapatkan salam di tengah kesibukan yang dipenuhi oleh urusan dunia? Ada air mata yang membasahi dinding hati yang seringkali kering ini. Ada kerinduan yang membuncah untuk segera bertemu dengan saudara-saudara ikhwah di tanah air. Hari Jum'at itu pun beberapa kali ada ucapan salam dari saudara-saduara Muslim dari berbagai penjuru dunia. Ke mana kulangkahkan kaki di kota itu, alkhamdulillah, ada salam, hangat sekali rasanya.

  • Esok harinya, kuharap ada salam lagi. Aku kembali ke pelabuhan itu, mengajak beberapa teman dari Thailand. Kusapu pandangan ke beberapa titik, tempat kubertemu saudara-saudara penebar salam itu. Aku berjalan naik ke luar area pelabuhan, melewati beberapa toko yang tak sempat kulihat kemarin. Tiba-tiba aku tersedak saat seorang laki-laki yang sedang duduk menikmati rokok bersama temannya di depan sebuah ruko mengucapkan kata-kata seperti salam, tapi tidak terucapkan dengan jelas. Dia mengulang-ulangnya sambil terus menghisab rokoknya. Aku berjalan pelan agar bisa membalas salamnya, jika dia memang mengucapkan salam untukku. Ternyata itu bukan salam. Begitu aku berjalan mendekat ke arahnya, dia mengucap "syalama semalaka semalaka..." Oh, itu ejekan. Laki-laki itu setengah tertawa saat aku berjalan menjauh. Astaghfirullah... semoga Engkau menguatkanku ya Allah. 



Kawan, coba tebak, kesamaan apa yang terdapat dalam dua kisah nyata di atas? Ya, Jilbab. Dengan memakai jilbab, maka bukankah seorang muslimah akan dikenali? Karena bukankah jilbab itu identitas, pembeda antara muslimah dan non-muslimah? Saudara sesama muslim menebarkan salam karena mereka mengenali jilbabnya. Bandingkan dengan muslimah yang tidak memakai jilbab, dalam situasi berada di manapun, siapa yang bisa menjamin bahwa ia sebenarnya seorang muslimah? Lalu bagaimana dengan ucapan salam, akankah orang-orang dengan yakin menyapa kita dengan "Assalamu'alaikum?"

Mari kita renungkan. Berbahagialah siapa pun yang saat ini berada dalam nikmat Islam, agama milik Allah azza wajalla. Allah memerintahkan para muslimah untuk memakai jilbab dan perintah untuk mengulurkannya, tentu dengan alasan yang sempurna, salah satunya adalah agar kita dikenali dan dihormati. Mungkin ada yang bertanya bagaimana dengan cerita kedua? Sudah berjilbab tapi tetap saja ada yang mengejek? Begini, lalu apakah kita akan menyalahkan jilbab sebagai perintah Allah hanya karena ada orang-orang yang tidak menyukai? Bukankah Allah ingin menguji kita dengan tantangan, untuk melihat bagaimana kita mampu melewatinya? Lagian, jangan perdulikan orang-orang yang mengejek itu, toh yang menilai tetap Allah. Justru perjuangan mempertahankan izzah sebagai "the real muslimah" di tengah tekanan orang-orang negatif, akan terasa lebih manis. Jangan sampai menjadikan alasan takut diejek sebagai alasan tidak berjilbab, atau alasan melepas jilbab, ok?

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).


Apr 21, 2011

Pejuang





 Masih ingat zaman keemasan peradaban Islam di bawah Dinasti Abbasid pertengahan abad 8-13? Bnyak ilmuawan muslim yang mampu memimpin dunia dengan temuan-temuannya, seperti Al-Khawarizmi yang menemukan AlGebra, Ibn Sina, the father of modern medicine dalam bidang kedokteran, Al-Jazary, the father of robotics, the inventor of crank and piston, Al- Idrisi yang menemukan bahwa bumi itu berbetuk bulat (globe), dan masih bnyak ilmuan Muslim yang lain.  

Saksikanlah, wahai generasi penerus peradaban Islam. Saatnya kita bangkit. Cahaya gemilang itu akan bersinar kembali. Percayalah...


Saya pun jadi teringat saat ikut Muktamar IMSA (Indonesian Muslim Society in America), saat syekh Omar Baloch, seorang cendikiawan muslim dari Al Furqan Institute of Qur’anic Healing, Chicago pernah menyampaikan dalam salah satu ceramahnya, bahwa memang benar peradaban paling maju dalam dunia barat saat ini bertumpu di Amerika Serikat, dan salah satu dedikasi yang bisa diberikan oleh AS adalah Universitas-Universitasnya. Banyak Universitas ranking teratas dunia dalam bidang Iptek berada di AS, maka hendaklah kita mampu memanfaatkan kesempatan emas ini untuk belajar semaksimal mungkin.

Ayoooo, generasi Islam harus cerdas, mampu berkompetisi dengan generasi peradaban barat. Jangan mau kalah.... enak aja kalah :P Apalagi kita gk hnya punya IQ (Intelectual Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) seperti rata-rata mereka, tapi kita punya lebih, ESQ (Emotional and Spiritual Quotient) sang kontributor terbanyak untuk kesuksesan yang diridhai Allah. Bi Idznillah...  


Apr 11, 2011

Here

Alhamdulillah ya Rabb, syukurku tak kan pernah henti atas segala nikmat yang Engkau berikan. Kau telah memeluk mimpi kecilku untuk bisa sampai dan belajar di sini. Menyaksikan kebesaranmu lewat indahnya semesta; dan kuyakin apa yang aku rasakan saat ini bahkan bukan setitik air di samudera tak berujung.

Ya, kuliah di universitas Amerika memang salah satu mimpi saya. Seperti layaknya mimpi, awalnya saya menganggap keinginan ini terlalu berlebihan. Apalagi saya bukan tergolong anak orang kaya, bahkan jauh dari itu. Sejak SD saya hanya mengandalkan beasiswa untuk bisa bayar SPP. Untuk melamar beasiswa ke luar negeri rasanya hanya membuat saya minder, secara saya pasti kalah pintar dengan yang lainnya. Namun pada dasarnya saya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin, kita hanya perlu mencoba. Masalah hasil, biar jadi urusan Allaah :) Maka jadilah saya mencoba mengirimkan lamaran ke Aminef. Hingga ahirnya saya dinyatakan lolos dan bisa terbang ke Amerika. Allahu Akbar! Indeed, He is the best of planners! 



Hal yang paling saya syukuri selama tinggal di sini adalah keleluasaan menjalankan ibadah. Sungguh, saya tidak menemukan diri saya oppressed by others, bahkan saya bisa leluasa bertemu dan sharing dengan saudara-saudara sesama muslim DARI SELURUH DUNIA! Allahu Akbar! I think all muslim ummah united and gathered to spread the message of Islam here in the states. If I may correct, We got lots of pious muslims who uphold the teaching of Islam, even though a few of them are very ignorant :( Again I thank ALLAH for every thing! 

Alhamdulillah ya Allah, saya yang tadinya seseorang yang sangat minder, menjadi lebih baik setelah ditempa di lingkungan baru ini. Ya Rabb, jangan pernah tinggalkan saya, peluk erat-erat diri ini, aamiin...

 






Hikmah

Hanya ingin sekedar berbagi, betapa kita jarang sekali berfikir bahwa segala yang kita alami itu atas campur tangan Allah, dan betapa Allah ingin agar kita mengambil pelajaran darinya. Berikut ini beberapa dari banyak peristiwa yang saya alami. Dengannya Allah ingin mengingatkan kelalaian saya, agar saya selalu berfikir bahwa Allah selalu mengawasi, kapanpun, dimanapun.


-Pernah suatu siang saat musim OSPEK di kampus Unila, saya dibuat malu oleh perasaan sombong saya sendiri. Saat itu sudah tahun kedua saya menjadi mahasiswa, ada perasaan sombong saat berpapasan dengan mahasiswa baru yang lewat di seberang jalan tepatnya di depan SMK N2 Bandar Lampung. Saya berjalan menuju ke kampus, berlawanan arah dengan para mahasiswa itu. Dalam hati saya ingin menunjukkan kemenangan saya telah menjadi mahasiswa duluan. “Begini nih mahasiswa itu jalannya…” batin saya sambil berjalan dengan membusungkan dada, menyapu pandangan pada mereka, melewati trotoar di depan SMK. Songong banget deh.
 

Apr 10, 2011

The Beginning

Dear Allah,

Sesungguhnya hanya rasa syukurku saja yang pantas kuberikan untukMu, atas segala nikmat yang tiap saat ada untuk makhluk kecilMu ini. Terima kasih ya Rabb Kau selalu mau mendengar tiap keluh kesahku, memberiku harap saat semua jalan seolah buntu, menemani langkah kecilku saat berdiriku pun goyah, dan tentunya Kau seringkali mengabulkan rengekanku, ketimbang menunda-nundanya.

10 tahun lalu aku berdo'a padaMu, agar aku bisa berjalan di belahan bumiMu yang lain. Kau pun mengabulkannya, meski hati kecilku mengatakan mungkin aku tak pantas memperolehnya. Aku harus bersaing dengan teman-temanku sendiri, tapi tiba-tiba aku muncul sebagai salah satu pemenang. Ya Rabb, lapangkanlah hati mereka unutk tidak berhenti memohon kepadaMu. Aku yakin tidak ada satu urusan pun di alam semesta ini yang lalai dari campur tanganmu. Semoga aku tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan rezekiMu. Jagalah hatiku agar tetap tawadhu' wahai Dzat penggenggam ruhku...

"Lalu, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Qur'an 55:55)

Saat ini aku tengah berada di negeri yang 10 tahun lalu ingin kukunjungi. Di sebuah kota tenang bernama Springfield, jika dilihat dari peta dunia kota paling selatan dari negara bagian Missouri, USA. Aku di sini untuk menjalani hari-hari baruku hingga Mei tahun ini, berbaur dengan orang-orang yang mempunyai kultur sangat berbeda dengan negeri asalku. Menjadi seorang musafir di negeri mayoritas non-muslim banyak meninggalkan kesan mendalam. Sungguh, aku begitu menikmati hari-hari ini, dalam suka, juga duka.