Oct 7, 2012

Cikgu

Suemiyati, 

Beliau adalah salah satu guru Matematika di sekolah saya menuntut ilmu, sekaligus wali kelas saat saya duduk di kelas X. Bu Emi, begitu kami memanggilnya, adalah salah satu sosok inspirasi saya dalam menghadapi liku2 dunia ini. 

Kelembutannya mengingatkan saya akan sosok Mama, ibu kandung saya yang jarang sekali saya temui. Sejak perceraian itu, saya tinggal bersama Bapak, dan belum tentu satu tahun sekali bisa bertemu Mama. Melihat Bu Emi, saya seperti menemukan penawar rindu, hanya dengan memandang wajahnya yang adem. Ibu Emi yang cantik itu sangatlah cerdas. Saya selalu mengagumi kecerdasan beliau, apalagi matematika termasuk daftar mata pelajaran yg harus saya kuasai. Sayang, saya tidak secerdas beberapa teman di kelas, hehe. Setiap jam pelajaran, beliau selalu, menanamkan nilai2 kehidupan, agar kita senantiasa bersyukur pada pemilik segala urusan. Beliau senantiasa memotivasi kami agarbersungguh-sungguh dalam belajar, agar tercapai cita-cita.



Banyak hal yang Bu Emi bagi tentang kerasnya hidup, dan bagaimana cara menghadapinya. Saya curcol kepada beliau tentang pertengkaran2 saya dengan Ibu tiri saya, tentang prestasi sekolah saya yang menurun, juga pernah tentang perasaan saya terhadap kakak kelas berbeda agama. Dengan kelembutannya beliau menenangkan saya- yng memang dipenuhi emosi remaja yang suka berfikir pendek kala itu. Alhamdulillah, banyak nasihat beliau yang saya praktikkan, dan kemudian saya syukuri sebagai bentuk kasih sayang Allaah pada hamba yang hina ini. Lewat beliau juga, Allaah pernah titipkan rezeki untuk saya. Mungkin saya tidak mampu mengingat semuanya, (semoga Allah mengampuni saya yang khilaf ini) namun beberapa yang akan saya ceritakan ini sangat menyentuh hati saya. Pertama saat saya harus daftar ulang di semester kedua saya. Waktu itu, biaya per semester masih 300 ribu. Saya hanya pegang uang 100 ribu hasil mengajar les Bahasa Inggris untuk anak-anak tetangga sekitar rumah. Bayarannya 10 rbu per bulan per anak, super murah, kan e:-) :-) Rencananya uang tersebut akan saya pakai untuk daftar ulang, sayangnya tidak cukup. Besoknya, saya beradu argumen dengan staf daftar ulang. Saya meminta izin untuk membayar 100 ribu dulu karena yaa belum ada uang lagi, Eeeh, Ibu tersebut tidak mau tahu alasan apa pun. Pokoknya harus lunas. Saya gelisah, karena hari itu hari terahir bayar. Lalu saya melihat ada bu Emi di kantor guru, saya menemuinya dan menceritakan kejadian tadi. Saya memohon agar bu Emi membantu saya membujuk staf itu untuk memberikan penangguhan waktu sampai bulan depan. Tanpa saya sangka, Ibu Emi malah menyelipkan dua lembar uang seratus ribuan ke dalam genggaman saya, sembari tersenyum. Ya Allaah, maksud saya sungguh hanya meminta beliau membujuk staf daftar ulang agar saya bisa bernafas lega, tapi bu Emi malah melunasinya. Saya sungguh tidak enak hati karena bukan itu maksud saya. Namun beliau meyakinkan saya bahwa rezeki kita datang dari jalan yang tidak terduga. Jazakillaah khayr Bu, semoga Allaah lipat gandakan apa yang pernah Ibu keluarkan...

Bu, ada satu hal yang membuat saya selalu mengingat Ibu, bahwa Ibu adalah orang pertama yang membuat saya tersanjung saat pertama kali menginjakkan kaki di SMA. Bahkan waktu itu masih daftar ulang siswa baru. Saat Ibu melihat saya Ibu bilang, "Ini Mei yang menang lomba pidato SMP itu ya? yang salaman sama pak bupati itu ya?"  :-) 

Ya Allaah, sayangilah guruku ini, limpahkan berkahMu padanya, selamanya... Aamiin