Jan 1, 2015

Si Tambun nan Pemalu

''...
eeeeeEEEEiiii
Cukuik, tarik, dorong, lagi!
Old Rhinini aches with the tree,
Awas, ke hilir, ke hilir, ke hilir
the pain without witnessed within
Hep, kiri-kiri! Alah! Jadi (thud)
the trunk her leg, the bough her limb
The breaking bough,
ark ark ark ark aaark!!!!
Smell.. (she sniffs the air) …the Fear
The little people flee
and I
in the still dark
my thudding heart
my bones a brittle thrum
Run, Run,
...''

Itulah sepenggal syair yang muncul di beranda web miliknya. Cukup panjang, namun tak ada apa-apanya dibanding penderitaan yang dialami si tambun yang pemalu itu. Aku mencoba menghayati tiap syair yang dideklamasikan langsung oleh pengarangnya, mencoba berempati tentang apa yang sedang ia perjuangkan.

''...Malang, sungguh tak kuasa melihatnya disakiti begitu...''ujarnya. Kulihat ia menangis, pandangannya jauh ke depan, bagai melihat peristiwa itu dengan jelas. ''Sakiiiit....'' ucapnya lagi sambil meletakkan tangan kanannya di dada kirinya. Lalu ia berdiri, dengan tatapan kebencian ia mengumpat orang-orang itu. Mungkin jika mereka ada di depannya saat itu, habislah mereka dilumatnya. Atau paling tidak, dijebloskannya dalam bui.

Lain waktu ia bercerita bagaimana ia sangat menyesal karena pernah membiarkan seekor capung yang sekarat akibat terperangkap kaca rumah. Awalnya ia memang menolong capung itu keluar, meletaknnya di atas telapak tangannya, dan mencoba merasakan apa yang dirasakan si capung. Matanya menyaksikan bagaimana si capung berjuang menyeret tubuhnya ke arahnya, seolah ingin mengatakan sesuatu. Dijilatnya jari telunjuknya dan dijulurkannya pada si capung. Air ludah itu langsung diseruput habis olehnya. Diberinya lagi dan lagi. Namun ia harus segera menyelesaikan urusan lain sehingga ia tinggalkan si capung di atas rumput di pekarangan luar, meskipun si capung masih terlihat lemah. Setelah itu ia tak tahu lagi tentang kabar si capung. Hal yang mungkin orang lain anggap sepele itulah, yang membuatnya justru sangat menyesali ketidakpeduliannya. 


Aku malu, kawan.
Malu pada diri sendiri yang penuh ketidak-pedulian ini. Betapa harus kita berkasih-sayang dengan makhluk sekecil capung. Ke mana saja aku selama ini? Padahal Sang Maha Penyayang telah berkali-kali berkata dalam Al-kitab untuk menyayangi makhluknya dengan baik? Saling menolong... Begitulah harusnya kita.

Baiklah kita tinggalkan sejenak cerita capung, marilah berkenalan lebih jauh dengan si tambun nan pemalu. Kata badak disematkan pada makhluk berperawakan tambun itu. Secara umum badak memiliki sifat pemalu (pada manusia) dan cenderung individualis. Di semesta ini, hanya tersisa beberapa spesies badak yang tersebar di Benua Afrika dan Asia; badak jawa, badak sumatera, badak hitam dan putih yang ada di Afrika Selatan. Masuk dalam kategori binatang yang terancam punah (endangered animal), sudah seharusnya badak dilindungi. Justru hutan sebagai satu-satunya habitat yang nyaman bagi badak, kini semakin ciut memprihatinkan dan telah berubah menjadi pemukiman, lahan pertanian, bahkan kawasan industri. Sungguh malang nian nasib si badak, rumahnya diusik, dan cula-nya direnggut secara paksa. Ya, kita akan berbicara lebih serius tentang kejamnya pemburu liar itu. Cula yang tumbuh di antara dahi dan atas hidung itu, yang sejatinya hanyalàh mirip tanduk, sebagai pertahanan diri badak, kini semakin banyak diincar manusia keji dan rakus. Bagaimana tak gelap mata, jika mereka bisa menukar satu kilo cula dengan harga di atas harga satu kilo emas.

Zaman edan, dalam satu kedipan mata, cula berubah menjadi emas berlapiskan mutiara. Sungguh menakjubkan. Satu lagi tumbal materialisme yang menjadi karib manusia bedebah. Biarlah kutunjukkan fakta yang bisa menguras air matamu, yang bisa (semoga) membangunkan kesadaranmu akan mengerikannya kenyataan di luar sana.

Kalian lihat gambar yang ada di paling bawah tulisan ini? Mungkin saja ada yang berkata apa-apaan ini! Memang apa? Yang kau lihat? Kematian? Sesederhana itu? Coba rasakan sedikit lebih dalam. Bagaimana jika kekejian ini tubuhmu rasakan? Diamputasi secara paksa... Dibor... Ditebas... Air matamu kalah oleh banjir darahmu sendiri, lalu perlahan atau dengan senapan kau harus tewas mengenaskan.

Mari sejenak kita simpan luka ini. Sekarang kita akan ikuti ke mana cula si badak dibawa. Kita telah sampai (dengan mengendap-endap) di black market Asia, pusat jual beli barang buruan illegal. Ada seorang pembeli yang menghargai satu kilogram cula itu dengan harga €50.000, padahal harga 1 kilogram emas hanya €31.000. Serbuk cula yang hanya mengandung keratin (zat kuku) itu telah dipercaya ratusan bahkan ribuan tahun lalu sebagai bahan obat tradisional Tiongkok atau TCM (Traditional Chinese Medicine) yang konon bisa menyembuhkan demam hingga mengobati kanker (padahal belum ada ilmuwan yang membenarkannya). Meskipun pemerintah Tiongkok sendiri sudah mulai tidak menggunakan serbuk cula lagi, nyatanya permintaan masih banyak. Mereka juga percaya cula badak bisa meningkatkan kejantanan. Pantas kita jumpai kakek-kakek borju bela-belain beli serbuk cula, ckckck.

Masih di pasar gelap, kita saksikan berbagai organ hewan eksotis ramai dibeli. Ada gading gajah yang dihargai $2,100 per kilonya tahun ini, bandingkan dengan harganya yang masih $750 per kilo tahun 2010 lalu. Ada pula kulit reptil, tengkorak monyet, tulang harimau, paruh burung, koral, kukang, kura-kura, hingga kaki kodok pun dijual secara illegal atas pesanan para chef restoran ternama di Perancis.

Ayo kita pulang saja, tak kuasa pula melawan mereka seorang diri. Kecuali jika semua komponen bersatu, tegas menegakkan hukum agar tak ada lagi para cukong bedebah itu. Tiap kita adalah penyelamat, yang akan mempertanggung jawabkan kepemimpinan ini di hadapan Tuhan. Bukankah Dia telah mempercayakan bumi dan isinya ini untuk dikelola oleh manusia?

Sekarang biarkan aku mengajakmu kembali menghayati syair di awal tulisan ini. Syair yang dibuat oleh seorang teman (Indija) yang peduli akan masa depan si tambun. Ia telah berbuat semampunya, menyuarakan hak perlindungan badak. Berlatar dunia seni, ia mencoba merangkai pesan dalam bentuk opera. Sungguh ciamik. Bagiku, langkah ini tak kalah eksotis dibandingkan mereka yang berkoar-koar dijalan menuntut turunnya harga BBM. Ya, seniman selalu punya cara kreatif. Bahkan dalamnya penjiwaan terhadap suatu fenomena, bisa lebih menyentuh hati siapa saja yang melihat, dan ikut merasakan. Seperti seorang seniman surealis, Salvador Dali, yang mengatakan bahwa cula badak adalah termasuk objek paling luar biasa strukturnya di alam, logaritma spiralnya membentuk kurva yang sama seiring pertumbuhannya. Pesan yang mirip tentang penyelamatan ekologi juga dikemas apik dalam sebuah film stereoskopik animasi 3D ''Delhi Safari'' yang menceritakan perjalanan lima binatang liar dari Mumbay ke Delhi untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting tentang mengapa manusia merusak hutan hingga mereka harus kehilangan rumah.

Lalu aku, apa yang sudah kulakukan untuk ikut menghentikan kekejaman ini? Ah, mungkin malah ada yang menganggap tak perlulah seserius itu mengurus hewan liar. Urusan manusia pun tak kau jamah. Kawan, jangan pernah anggap remeh ya urusan menelantarkan bahkan memperlakukan hewan dengan keji... sebab bagiku, 'mereka yang memiliki kepekaan lebih terhadap penderitaan hewan, pastilah juga yang lebih peka terhadap penderitaan umat manusia'!

 Ahirnya kita sebagai umat manusia yang sempurna, apa yang sudah kita lakukan untuk melindungi binatang yang tertindas itu? Tidakkah kita sadari bahwa binatang-binatang itu juga adalah umat, sama seperti kita?
''Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan''
(QS. Al - An'Am :38)

Islam mengajarkan kita untuk menyayangi binatang, baik binatang liar, apalagi binatang ternak. Sebaliknya melaknat mereka yang menyiksa binatang. Biarlah kukutipkan hadist shahih agar menjadi pengingat untuk kita, untuk-ku, untukmu.


''Pada tiap sedekah terhadap makhluk yang memiliki hati (jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim yang menanam tanaman/tumbuhan yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah'' (Bukhari, Muslim)
''Allaah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis''(HR Bukhari)

Semoga Allaah mengampuni segala kebodohan dan kelalaianku, aamiin.

Source: Dari berbagai sumber

Note: Tanggal 8 Januari mendatang, akan ada live-performance tentang kampanye #SaveRhino di TN Way Kambas, Lampung-Timur. Jangan lupa untuk hadir ya, hope to see you there :-) 

No comments: