Oleh Mei Dianita
Perkenalan saya dengan hijab sebenarnya telah
dimulai sejak kelas X SMA. Alkhamdulillah ahirnya saya berhijab meski saat itu
masih tambal sana - sini. Namun lambat laun lantaran izinNya, hijab saya
semakin benar dan syar’i, insyaAllah.
Maka izinkanlah saya berbagi kisah tentang pengalaman
hijab saya di negeri 4 musim Amerika Serikat. Saya berada di sana untuk
menempuh program pertukaran mahasiswa (Global UGRAD). Bagi saya sepuluh bulan
adalah waktu yang pas untuk bisa menikmati aroma empat musim dan juga menikmati
setiap skenario yang Allah tuliskan untuk
saya.
#Summer, musim panas penuh kejutan
Pertengahan 2010 seorang diri saya menginjakkan
kaki untuk pertama kalinya di sebuah kota kecil nan tenang bernama
Springfield. Saat itu pukul sepuluh malam saya sampai di sebuah apartemen mahasiswa Sunvilla Tower. Saya disambut oleh seorang front desk berwajah khas India. Saya kemudian ditempatkan dalam satu kamar dengan dua mahasiswa asing asal Vietnam dan Laos. Kami bertiga sama-sama baru tiba dari negara masing-masing untuk menempuh program ini. Selain kami bertiga, masih ada 7 orang lainnya; masing-masing dari Thailand, Turkmenistan, Haiti, Dominican Republic, Panama, Venezuela, dan Nicaragua. Alkhamdulillah semuanya perempuan.
Springfield. Saat itu pukul sepuluh malam saya sampai di sebuah apartemen mahasiswa Sunvilla Tower. Saya disambut oleh seorang front desk berwajah khas India. Saya kemudian ditempatkan dalam satu kamar dengan dua mahasiswa asing asal Vietnam dan Laos. Kami bertiga sama-sama baru tiba dari negara masing-masing untuk menempuh program ini. Selain kami bertiga, masih ada 7 orang lainnya; masing-masing dari Thailand, Turkmenistan, Haiti, Dominican Republic, Panama, Venezuela, dan Nicaragua. Alkhamdulillah semuanya perempuan.
Sesampainya di depan kamar apartemen 606, saya
disambut oleh Ngan Thi Thu Truong (Vietnam) dan Ngamneth Sivilay (Laos). Kami
berkenalan, saling bercerita perjalanan masing-masing. Nampaknya mereka heran
melihat saya berpakaian serba tertutup.
“Wanita muslim harus memakai penutup kepala dan
baju panjang untuk menjaganya” Ucap saya, “menjaga dari paparan panas, dari
hujan, dan dari tatapan orang yang ada penyakit hati”
“O…” mereka membulat serempak.
“Yang paling penting, hal ini adalah perintah Tuhan
kami, yaitu Allah” sambung saya seraya tersenyum. Mungkin mereka belum paham
sepenuhnya, rasa lelah yang membuat kami harus segera beristirahat untuk
kegiatan esok pagi.
Pukul setengah delapan keesokan paginya kami
semua telah berkumpul di lobi apartemen untuk bersama-sama menuju English Language Institute (ELI). Ternyata
kami tak hanya bersepuluh, ada pula rombongan dari Colombia yang menempuh
semester musim panas di ELI. Segera kami saling berkenalan, saling menebar sapa
dan senyum.
Seseorang bernama Jose dan temannya Alejandro
terlibat obrolan dengan saya di dalam shuttle
(bis kampus). Nampaknya mereka heran dengan penampilan saya yang serba
tertutup dari ujung kaki ke ujung rambut. Sampailah pada pertanyaan mereka.
“Hey Mei, inikan musim panas, kok kamu malah
pake baju tertutup begitu? Terus ngapain pake penutup kepala segala? Gak panas?”
Saya agak terkejut menerima pertanyaan yang
tidak terfikirkan sebelumnya. Namun pelan-pelan saya menjelaskan sambil memilah
kata yang mudah dimengerti.
“ Justru kulit saya aman lo dari sengatan panas
matahari- apalagi kepala saya, rasanya adem dengan pake penutup kepala ini”
Saya tersenyum.
“Kalo musim gugur, atau dingin, gimana?”
nampaknya mereka penasaran, hihihi.
“Tetep pake… kalian juga pake baju hangat yang
tebal kan untuk melindungi dari udara dingin? Saya dan juga wanita muslim
lainnya diharuskan memakai hijab kapanpun musimnya…”
“Hm, jujur ya, emang itu peraturan dari mana
sih? Kami gak tahu tentang itu” Tanya mereka polos.
Ya Rabb, tertohok saya rasanya mendengar secara
langsung pengakuan mereka. Ternyata masih ada yang tidak mengetahui apa itu
hijab, bahkan agama Islam pun mereka hanya samar-samar pernah mendengar. Hanya
pernah? Ya, itulah pengakuan mereka. Setelah saya perjelas, mereka pun sedikit
ada pencerahan, dan obrolan dipotong dulu karena kami telah tiba ditempat
tujuan.
***
Lain kali seorang peserta study tour asal Taiwan, dr. Yuan berseloroh,
“Kamu ngapain sih mau-maunya pake baju panjang
di musim panas begini. Kalau di Indonesia sih oke lah, tapi di sini? Gak akan ada
orang yang tahu…”
Astaghfirullah aladhim. Kuatkan iman saya ya
Allah.
“Iya, gak ada yang tahu memang, tapi Allah
tahu. Gimana dong?” jawab saya yang kemudian membuatnya tak bisa berseloroh
lagi. :)
#Fall, musim gugur yang indah,
Bagi saya, musim gugur adalah musim paling
indah diantara yang lainnya. Udara yang selalu sejuk, berubahnya warna dedaunan
dari hijau segar menjadi merah kekuningan, lalu berguguran satu per satu hingga
gundul. Ah, sungguh kuasaNya begitu memikat jiwa setiap orang yang
menyaksikannya. Berbagai perayaan pun paling banyak berada di musim ini, Yang
paling utama terjadi adalah libur perayaan natal yakni sekitar tiga minggu. Karena
kampus libur panjang, maka semua asrama mahasiswa ditutup. Bersyukur karena
kemudian saya dititipkan pada sebuah hotel kecil bernama Holiday Inn Express oleh pembimbing program selama libur panjang
tersebut. Sementara teman-teman yang lain berlibur dan traveling menikmati perayaan
natal.
Rutinitas tinggal di hotel pun mulai membuat
saya terbiasa (bayangkan 3 minggu tinggal di hotel). Pagi hari sarapan di dining hall , kembali ke kamar hotel,
paling-paling kalau mau keluar beli keperluan pribadi di supermarket seberang
hotel.
Pagi itu seperti biasa seorang wanita separuh
baya mengetuk pintu kamar saya. Saya bukakan dan tersenyum, mempersilakan
beliau mengerjakan tugasnya sebagai seorang cleaning
service. Kemudian dia melihat saya dan berkata,
“Girl, apakah kamu kedinginan di musim gugur
ini?” ucapnya sambil mengamati kostum serba tertutup saya.
Kembali saya menjelaskan tentang kewajiban
tersebut; dan betapa terkejutnya saya saat ia berseloroh,
“Kalau saya bersuamikan seorang muslim dan
disuruh memakai hijab, saya enggak mau!” katanya tegas, “membayangkannya saja
sudah panas, urgh” tambahnya.
Saya hanya tersenyum. Klik.
Lain waktu, saat saya sedang berbelanja di
supermarket, tiba-tiba ada seorang nenek yang mendekap saya dari belakang.
Hampir saja saya berteriak, takut diapa-apakan. Untunglah nenek itu segera
melepaskan dekapannya dan meminta ma’af. Nenek
yang aneh, batin saya. Ternyata ia mendekap saya karena saya seorang
muslim, ia tahu lewat hijab yang saya kenakan. Alasan kenapa ia mendekap ialah
karena sumringah yang reflek, nenek itu bilang mempunyai banyak teman-teman
muslim meski ia sendiri beragama nasrani, dan ia menyukai mereka semua. Nenek
tersebut juga mengajak saya mampir ke rumahnya, tapi saat itu saya sedang
buru-buru.
#Winter, musim dingin yang hangat
Ada fakta unik yang menurut saya seperti
fatamorgana, seperti ada tapi tiada. Semua orang, baik perempuan maupun pria
pastilah akan mengenakan pakaian yang tebal dan hangat saat musim dingin tiba.
Saat hujan salju khususnya, semua orang akan memakai penutup kepala, dan
disitulah ada fatamorgana. Saya melihat dari jarak pandang mata, bahwa banyak
sekali hijabist lalu lalang di depan mata, namun saat
berpapasan, ternyata itu semua hanya penutup kepala mereka, hihihi.
Pada musim ini pula saya dan teman-teman satu
program diundang untuk hadir di acara seminar oleh sponsorship di Washington,
DC. Saat berada di bandara, rutinitas saya adalah diperiksa secara berbeda dan
teliti layaknya seorang teroris. Tak heran, karena hijab ini. Saya toh harus
menjalaninya juga. Mereka beralasan pakaian saya yang longgar mengharuskan saya
diperiksa demikian. Huh, I cover my hair
sir, not my brain.
#Spring, musim semi pembawa semangat
Seiring menghilangnya salju terahir, pucuk
dedaunan mulai kuncup dan matahari mulai sering menyapa pagi diiringi nyanyian
alam para burung. Selamat datang musim semi, selamat memberi warna-warni alam
setelah seakan mati suri.
Biasanya banyak pertunjukan kampus pada musim
ini, salah satunya international
banquete. Kebetulan saya ikut meramaikan sesi fashion show dan berbusana kebaya Indonesia lengkap dengan jilbab. Di
ahir acara, seorang Ibu berwajah latin menghampiri saya seraya berkata,
“You’re so gorgeous, very beautiful with your long-covered
dress.”
Ibu itu membuat saya tersipu malu. Sebelum saya
sempat membalas ucapannya, ia menyambung,
“Saya baru tahu tentang Indonesia dari
penampilan kamu tadi, wah, saya tertarik sekali ingin ke sana”
Yes, saya senang sekali. Bukan karena Ibu itu
telah memuji penampilan saya, tapi karena apa yang saya usahakan mulai
membuahkan hasil, yakni memperkenalkan Indonesia sebagai bangsa berpenduduk
muslim terbesar di dunia. Dan ahirnya, akan lebih banyak orang melihat islam
tidak hanya milik orang Arab saja.
SELESAI
***ditulis untuk diikutkan pada lomba #MerdekaDenganHijab oleh Hijabographic.com.
update, 8 Mei 2013
Alkhamdulillaah ya Rabb, karya ini mendapat terbaik ke-2.
Hayuu atuh menulis lagi! :)
update, 8 Mei 2013
Alkhamdulillaah ya Rabb, karya ini mendapat terbaik ke-2.
Hayuu atuh menulis lagi! :)
No comments:
Post a Comment